Senin, 22 Juni 2015

Ronggowarsito

MUSEUM RONGGOWARSITO :
LIMA ASPEK BUDAYA DAN NILAI ISLAM YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Disusun guna memenuhi tugas
                                               Mata Kuliah           : Islam dan Budaya Jawa
                                               Dosen Pengampu   :  M. Rikza Chamami, M.Si.



Oleh :
Nama        : Melinda Khoirunnisa’           
NIM          : 133511003
Kelas         : PM-4A

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015


1.      Deskripsi nilai-nilai budaya Jawa dalam 5 (lima) aspek peninggalan.
a.    Pagelaran Wayang
Wayag kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan ukuran sekitar 50 x 30 cm kuli lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar, dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Pagelaran wayang dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog dari tokoh-tokoh wayang, diiringi musik gamelan dan tembang yang dimainkan oleh para pesinden dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan tersebut.
b.    Gunungan
Gunungan adalah wayang berbentuk gambar gunung (wayang golek atau wayang kulit) untuk mengawali, membatasi antara babak, dan mengakhiri cerita (lakon). Di bawahnya terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang ata perisai. Hal itu melambangkan pintu gerbang istana, dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana. Di sebelah atas gunung terdapat pohon kayu yang dibelit oleh seekor ular naga.
Dalam gunungan tersebut terdapat juga gambar berbagai binatang hutan. Gambar tersebut secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara. Gunungan melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Sebelum wayang dimainkan, gunungan ditancapkan di tengah-tengah layar.
c.    Wayang Sadat
Wayang sadat dibuat pada tahun 1985 oleh Suryadi Warnosuhardjo dari Desa Mireng Kecamatan Trucuk. Ia adalah seorang guru matematika. Wayang sadat adalah wayang kulit yang mementaskan lakon para wali dari Kerajaan Demak sampai Kerajaan Pajang. Bentuk wayangnya realistic, memakai jubah, tutup kepala seperti sorban, sehingga ia berbeda dengan bentuk wayang kulit lainnya.
d.   Menara Masjid Kudus
Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 meter. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M.
Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: 1) kaki, 2) badan, 3) puncak bangunan. menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).
Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Cirri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen.teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat padabagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru
e.    Sirap Atap Masjid Demak
Sirap Atap Masjid Demak adalah salah satu bangunan yang memiliki keunikan di dalamnya. Pada waktu dibangun atas Masjid Demak terbuat dari welit, kemudian pada tahun 1710 Paku Buana I memerintahkan untuk mengganti welit dengan sirap dari kayu. Dalam tradisi Jawa atap sirap hanya boleh digunakan pada atap-atap rumah para bangsawan. Sirap terbuat dari kayu jati tua yang lurus.

2.      Nilai-nilai Islam yang terdapat dalam budaya-budaya tersebut.
a.       Pagelaran Wayang
Kesenian wayang selain berasal dari kebudayaan Jawa, juga berperan penting sebagai media yang digunakan para wali dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Dan dengan keahlian yang dimiliki oleh para wali tersebut, di dalam kesenian wayang dimasukkan nilai-nilai moral dan etika Islam yang kemudian diajarkan secara halus melalui kesenian tersebut. Sehingga masyarakat pada saat itu tidak merasa bahw mereka sedang diajari, dengan kata lain mereka tidak merasa digurui oleh para wali tersebut. Terutama masyarakat yang berasal dari status social yang tinggi. Berkat bantuan kesenian wayang dalam menyebarkan agama Islam menjadi lebih fleksibel dan lebih mudah dipahami, juga mampu mencakup semua golongan masyarakat. Sehingga, Islam pada masa itu dapat dengan mudah menarik perhatian orang yang mengakibatkan masyarakat memeluk agama Islam.
b.      Gunungan
Gunungan merupakan symbol kehidupan, jadi setiap gambar yang ada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima mempunyai makna bahwa segi lima itu ialah sholat lima waktu yang harus dilaksanakan oleh manusia. Adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup menuju yang di atas yaitu Allah SWT.
Gambar pohon dalam gunungan melambangkan kehidupan manusia di dunia ini, bahwa Allah SWT telah memberikan pengayoman dan perlindungan kepada umatnya yang hidup di dunia. Beberapa jenis hewa yang ada di dalamnya melambangkan sifat, tingkah laku, dan watak yang dimiliki oleh setiap orang.
      Kalau dilihat dalam gunungan tersebut, gambar pada bagian bawah adalah hewan-hewan besar, ini melambangkan bahwa manusia yang derajatnya rendah di mata Allah SWT adalah seperti hewan ternak. Sebagaimana dalm QS. Al-A’raf ayat 179:

 “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)
      Kemudian di bagian atas gunungan adalah sebuah gambar burung yang melambangkan bahwa apabila manusia menyadari akan arti hidup yang sebenarnya, maka dia akan naik memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Burung melambangkan ketawakkalan yang mana apabila manusia memiliki sifat tawakal kepada Allah SWT  maka dia tidak akan menjadi seperti hewan ternak yang hanya memikirkan makanan, akan tetapi ia senantiasa bertawakal dan yakin sepenuhnya kepada Allah SWT.
c.       Wayang Sadat
Wayang sadat yang dibuat oleh Suryadi Warnosuhardjo ini dipergunakan untuk visualisasi keislaman dengan suasana pesantren, namu masih menggunakan dasar budaya Jawa. Kata sadat sendiri berasal dari kata Syahadattain. Lakon yang dibawakan ialah bertema cerita para walisongo dan kisah penyebaran agama Islam di Jawa. Misi dari pagelaran wayang ini adalah dakwah agama Islam serta upaya melanjutkan tradisi para wali yang pernah berdakwah pada perayaan sekaten di zaman Kerajaan Demak.
d.      Menara Masjid Kudus
Kalau dicemarti secara seksama, bentuk dari menara masjid Kudus sangat mirip dengan candi. Ada elemen lain yang membuat bangunan berbentuk seperti candi itu menjadi bertambah unik, yaitu bagian kepala menara yang berbentuk atap tumpang atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru yang menopangnya. Itu adalah atap khas rumah Jawa-Hindhu yang setelah diadaptasi oleh ajaran Islam mengandung makna Iman, Islam, dan Ihsan.
e.       Sirap Atap Masjid Demak
Masjid Agung Demak merupakan masjid bercorak Islam yang dibangun oleh para wali yang berjumlah Sembilan (walisongo) dalam waktu satu malam. Setiap bangunan yang terdapat dalam Masjud Agung Demak mempunyai nilai-nilai filososofis tersendiri. Salah satunya ialah keunikan pada bangunan atap dari Masjid Agung Demak tersebut.
Bagian atap dari Masjid Demak bersusun tiga Masjid Demak melambangkan orang yang beriman dimulai dari Mukmin, Muslim, dan Muhsin (iman), serta Islam dan ihsan. Juga melambangkan tiga tingkatan dalam tasawuf yang dari bawah ke atas melambangkan Syariat, Tarekat, dan Ma’rifat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar