MUSEUM
RONGGOWARSITO :
LIMA
ASPEK BUDAYA DAN NILAI ISLAM YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
Disusun guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen
Pengampu : M. Rikza Chamami, M.Si.
Oleh
:
Nama : Melinda Khoirunnisa’
NIM : 133511003
Kelas : PM-4A
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
1. Deskripsi
nilai-nilai budaya Jawa dalam 5 (lima) aspek peninggalan.
a. Pagelaran
Wayang
Wayag
kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses menjadi kulit
lembaran, perbuah wayang membutuhkan ukuran sekitar 50 x 30 cm kuli lembaran
yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung
runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih
dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar,
dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Pagelaran
wayang dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog dari
tokoh-tokoh wayang, diiringi musik gamelan dan tembang yang dimainkan oleh para
pesinden dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan
tersebut.
b. Gunungan
Gunungan
adalah wayang berbentuk gambar gunung (wayang golek atau wayang kulit) untuk
mengawali, membatasi antara babak, dan mengakhiri cerita (lakon). Di bawahnya
terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang
ata perisai. Hal itu melambangkan pintu gerbang istana, dan pada waktu
dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana. Di sebelah atas gunung terdapat
pohon kayu yang dibelit oleh seekor ular naga.
Dalam
gunungan tersebut terdapat juga gambar berbagai binatang hutan. Gambar tersebut
secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara. Gunungan
melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Sebelum wayang dimainkan, gunungan
ditancapkan di tengah-tengah layar.
c. Wayang
Sadat
Wayang
sadat dibuat pada tahun 1985 oleh Suryadi Warnosuhardjo dari Desa Mireng
Kecamatan Trucuk. Ia adalah seorang guru matematika. Wayang sadat adalah wayang
kulit yang mementaskan lakon para wali dari Kerajaan Demak sampai Kerajaan
Pajang. Bentuk wayangnya realistic, memakai jubah, tutup kepala seperti sorban,
sehingga ia berbeda dengan bentuk wayang kulit lainnya.
d. Menara
Masjid Kudus
Menara
Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x
10 meter. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang
kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah diantaranya berwarna biru serta
berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah
lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat
tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M.
Bangunan
dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan kesenian Hindu Jawa karena
bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: 1) kaki, 2) badan, 3) puncak
bangunan. menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit
kecil).
Kaki
dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk
motifnya. Cirri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang
dipasang tanpa perekat semen.teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat
dilihat padabagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi
kayu jati dengan empat batang saka guru
e. Sirap
Atap Masjid Demak
Sirap
Atap Masjid Demak adalah salah satu bangunan yang memiliki keunikan di
dalamnya. Pada waktu dibangun atas Masjid Demak terbuat dari welit, kemudian pada tahun 1710 Paku
Buana I memerintahkan untuk mengganti welit
dengan sirap dari kayu. Dalam tradisi Jawa atap sirap hanya boleh digunakan
pada atap-atap rumah para bangsawan. Sirap terbuat dari kayu jati tua yang
lurus.
2.
Nilai-nilai
Islam yang terdapat dalam budaya-budaya tersebut.
a. Pagelaran
Wayang
Kesenian
wayang selain berasal dari kebudayaan Jawa, juga berperan penting sebagai media
yang digunakan para wali dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Dan dengan
keahlian yang dimiliki oleh para wali tersebut, di dalam kesenian wayang
dimasukkan nilai-nilai moral dan etika Islam yang kemudian diajarkan secara
halus melalui kesenian tersebut. Sehingga masyarakat pada saat itu tidak merasa
bahw mereka sedang diajari, dengan kata lain mereka tidak merasa digurui oleh
para wali tersebut. Terutama masyarakat yang berasal dari status social yang
tinggi. Berkat bantuan kesenian wayang dalam menyebarkan agama Islam menjadi
lebih fleksibel dan lebih mudah dipahami, juga mampu mencakup semua golongan
masyarakat. Sehingga, Islam pada masa itu dapat dengan mudah menarik perhatian
orang yang mengakibatkan masyarakat memeluk agama Islam.
b. Gunungan
Gunungan
merupakan symbol kehidupan, jadi setiap gambar yang ada di dalamnya
melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan
hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi
lima mempunyai makna bahwa segi lima itu ialah sholat lima waktu yang harus
dilaksanakan oleh manusia. Adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan
bahwa manusia hidup menuju yang di atas yaitu Allah SWT.
Gambar
pohon dalam gunungan melambangkan kehidupan manusia di dunia ini, bahwa Allah
SWT telah memberikan pengayoman dan perlindungan kepada umatnya yang hidup di
dunia. Beberapa jenis hewa yang ada di dalamnya melambangkan sifat, tingkah
laku, dan watak yang dimiliki oleh setiap orang.
Kalau dilihat dalam gunungan tersebut, gambar pada bagian bawah
adalah hewan-hewan besar, ini melambangkan bahwa manusia yang derajatnya rendah
di mata Allah SWT adalah seperti hewan ternak. Sebagaimana dalm QS. Al-A’raf
ayat 179:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(QS. Al-A’raf: 179)
Kemudian di bagian atas gunungan adalah sebuah gambar burung
yang melambangkan bahwa apabila manusia menyadari akan arti hidup yang
sebenarnya, maka dia akan naik memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Burung melambangkan ketawakkalan yang mana apabila manusia memiliki sifat
tawakal kepada Allah SWT maka dia tidak
akan menjadi seperti hewan ternak yang hanya memikirkan makanan, akan tetapi ia
senantiasa bertawakal dan yakin sepenuhnya kepada Allah SWT.
c. Wayang
Sadat
Wayang
sadat yang dibuat oleh Suryadi Warnosuhardjo ini dipergunakan untuk visualisasi
keislaman dengan suasana pesantren, namu masih menggunakan dasar budaya Jawa.
Kata sadat sendiri berasal dari kata Syahadattain. Lakon yang dibawakan ialah
bertema cerita para walisongo dan kisah penyebaran agama Islam di Jawa. Misi
dari pagelaran wayang ini adalah dakwah agama Islam serta upaya melanjutkan
tradisi para wali yang pernah berdakwah pada perayaan sekaten di zaman Kerajaan
Demak.
d. Menara
Masjid Kudus
Kalau
dicemarti secara seksama, bentuk dari menara masjid Kudus sangat mirip dengan
candi. Ada elemen lain yang membuat bangunan berbentuk seperti candi itu
menjadi bertambah unik, yaitu bagian kepala menara yang berbentuk atap tumpang
atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru yang menopangnya. Itu adalah
atap khas rumah Jawa-Hindhu yang setelah diadaptasi oleh ajaran Islam
mengandung makna Iman, Islam, dan Ihsan.
e. Sirap
Atap Masjid Demak
Masjid
Agung Demak merupakan masjid bercorak Islam yang dibangun oleh para wali yang
berjumlah Sembilan (walisongo) dalam waktu satu malam. Setiap bangunan yang
terdapat dalam Masjud Agung Demak mempunyai nilai-nilai filososofis tersendiri.
Salah satunya ialah keunikan pada bangunan atap dari Masjid Agung Demak
tersebut.
Bagian atap dari
Masjid Demak bersusun tiga Masjid Demak melambangkan orang yang beriman dimulai
dari Mukmin, Muslim, dan Muhsin (iman), serta Islam dan ihsan. Juga
melambangkan tiga tingkatan dalam tasawuf yang dari bawah ke atas melambangkan
Syariat, Tarekat, dan Ma’rifat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar